Fleksibilitas yang Kini Menjadi Tren HR – Sejak pandemi Covid-19, banyak perusahaan yang mulai menerapkan kebijakan baru, yakni WFH (Work From Home). WFH sendiri berlangsung cukup lama di Indonesia, sekitar 1-1,5 tahun.
Akibatnya, muncul budaya kerja baru di kalangan pekerja, yakni fleksibilitas. Pekerja saat ini lebih memilih untuk bekerja dari rumah ketimbang harus bangun pagi dan pulang malam atau terkena macet di jalan.
Baca Juga : 5 Tugas Utama HRD, Apa Saja ya?
Fleksibilitas yang Kini Menjadi Tren HR
Konsep WFH ini kemudian berkembang menjadi WFA (Work From Anywhere) pada tahun 2022 lalu. Sama seperti WFH, WFA hanya bisa dilakukan bagi mereka yang pekerjaannya berhubungan dengan dunia digital.
WFA mulai menjadi tren saat banyak orang yang mulai bekerja dari tempat liburan seperti pantai di Bali atau Lombok dan pegunungan seperti Puncak. WFA tentu sangat disukai karena para pekerja sudah tidak perlu lagi hadir ke kantor dan dapat bekerja dimana saja dan kapanpun mereka mau.
Untuk rekan-rekan HR, fenomena ini memang menjadi hal yang baru. Semakin banyak karyawan maupun calon karyawan yang menjadikan fleksibilitas sebagai prioritas utama selain gaji. Oleh karena itu, jangan heran bila banyak karyawan yang memutuskan untuk resign apabila perusahaan kita masih menerapkan aturan jam kerja yang kaku.
Tim HR harus segera beradaptasi dengan tren baru ini dan segera bernegosiasi dengan pimpinan perusahaan. Peraturan perusahaan juga perlu dimodifikasi jika tidak ingin terjadi culture shock baru di kantor.
Untuk memantau karyawan yang WFA juga tidak terlalu sulit berkat banyaknya tools yang dapat memantau hasil kerja karyawan. Yang terpenting dari budaya WFA adalah hasil pekerjaan yang sesuai dan tepat waktu.
Memang saat ini perekonomian sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Mencari pekerjaan baru juga bukanlah hal yang mudah. Namun tren saat ini adalah fleksibilitas, sehingga HR harus bersiap-siap menghadapi tren baru ini.
